GK, Lambar - Suku Tumi adalah suku Purba yang diyakini adalah nenek moyang dari orang Lampung. Orang Tumi kemungkinan berasal dari India Selatan yang datang ke Nusantara beberapa abad Sebelum Masehi yang lalu. Suku Tumi dahulu bermukim di daerah lereng gunung Pesagi dan Danau Ranau.
Menurut Irjen Pol (Purn) DR Hi Ike Edwin S.Ik., S.H.,M.H., M.M., atau yang akrab disapa Dang Ike, "Tumi" berasal dari kata "Tamil."
"Menurut sejarah yang di sampaikan oleh Tamong Dalom Ahmad Safe,i bahwa Tumi berasal dari kata Tamil yakni suku bangsa yang mendiami India bagian Selatan, dan diyakini Tumi merupakan bagian dari orang Tamil yang mendiami wilayah Lampung dahulu," ujar Dang Ike, Selasa (19/09/2023).
Dari hasil musyawarah yang dilakukan oleh para keturunan dari Kepaksian Sekala Brak pada tahun 2001, mengakui La Laula sebagai raja pertama kerajaan ini sejak awal abad ke-3 Masehi. La Laula bukanlah penduduk asli, ia bersama pengikutnya tiba di Sekala Brak dari daratan Indochina (antara Vietnam dan Kamboja saat ini) pada awal abad ke-3 Masehi dengan menggunakan kapal kano. Meskipun demikian, Kepaksian Sekala Brak membenarkan eksistensi suku Tumi yang telah ada sebelum kedatangan La Laula yang mendirikan Kerajaan Sekala Brak.
" Masih menurut sejarah, La Laula tiba di sebuah negeri yang dipenuhi pohon sekala di mana, di sana telah berdiam suatu entitas masyarakat yang dikenal sebagai orang Tumi. Suku Tumi merasa terdesak dengan kehadiran La Laula yang lambat laun berhasil menarik pengikut dari kalangan masyarakat lokal. Setelah melalui pertempuran yang cukup lama, La Laula dan pengikutnya berhasil menaklukkan suku Tumi serta menyatakan dirinya sebagai Raja pertama Kerajaan Sekala Brak," kata Dang Ike.
Kebudayaan Lampung tidak bisa dipisahkan dari dua hal, yakni keberadaan suku Tumi di Gunung Pesagi dan kedatangan penyebar Islam di bawah perintah Ratu Ngegalang Paksi beserta keempat putranya, yaitu Umpu Belunguh, Umpu Bejalan Diwai, Umpu Pernong, dan Umpu Nyerupa.
"Suku Tumi yang beragama Hindu Bhirawa datang membawa seperangkat adat dan budaya. Suku Tumi kemudian dikalahkan oleh para umpu yang juga membawa adat serta budaya yang bersumber dari ajaran Islam," terangnya.
Keempat umpu yang mengalahkan Ratu Sekekhumong, pemimpin terakhir suku Tumi, maka penyebaran agama Islam di Lampung dilakukan dengan melakukan akulturasi kebudayaan yang telah ada sebelumnya.
Penduduk suku Tumi yang saat itu belum memeluk agama Islam memilih untuk mengungsi ke pesisir atau menyebrang ke Pulau Jawa dan sebagian lainnya mengungsi ke Kepulauan Sunda Kecil.
Dari sebagian penduduk suku Tumi yang mengungsi pada saat itu, diduga ada yang mengungsi ke pesisir Tanggamus, tepatnya di Desa Betung, Kecamatan Pematang Sawa, Kabupaten Tanggamus.
"Beberapa hari yang lalu saya menemui keluarga yang mengaku keturunan suku Tumi di daerah pesisir Tanggamus, tepatnya di Desa Betung, Kecamatan Pematang Sawa, Kabupaten Tanggamus," ungkap Dang Ike.
Selain itu menurut Dang Ike, dia dan rombongan juga diajak untuk melihat kuburan leluhur mereka dari suku Tumi yang tidak jauh dari pemukiman mereka.
"Menurut cerita mereka, warga yang kami temui itu adalah keturunan yang ke-15, dan kami sempat diajak untuk melihat langsung kuburan leluhur dari suku Tumi tersebut," tambah Dang Ike.
Untuk itu Dang Ike berharap kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Tanggamus untuk menjadikan Kuburan Suku Tumi tersebut sebagai Cagar Budaya.
"Jika Kuburan tersebut benar-benar kuburan leluhur dari suku Tumi, maka sebagai tokoh adat saya berharap kepada pemerintah daerah kabupaten Tanggamus maupun Pemerintah Daerah Provinsi Lampung agar menjadikannya cagar budaya, sebagai bagian dari sejarah." Pungkas Dang Ike.[Feby]